BIMBIM : PALING JAGO NUNDUKIN CEWEK

             Pendiam tapi keras adalah watak cowok kelahiran Jakarta 25 Desember 1966 ini. Drumer otodidak inilah arsitek dibalik sukses Slank. Tongkrongan Bimo Setiawan Sidharta tergolong khas. Gerakannya terkesan malas-malasan.
Badan ceking (percaya atau tidak, banyak Slankers sekarang pada ngurusin badan, berusaha niru dia), kacamata cengdem nggak pernah lepas dari jidat. Kegemarannya sama warna-warni genjreng bukan hanya sebatas pakaian, tapi juga sampai ke handphone. Kakeknya seorang nasionalis sejati, yang selalu mencecoki Bimbim kecil dengan cerita-cerita penuh heroisme, termasuk kisah dalam pewayangan. Tapi waktu beranjak akil baliq, apa yang diceritakan sang kakek nggak pernah bisa ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
                Merasa frustasi, ia segera menjadikan musik sebagai pelarian. Bimbim nggak punya hasrat lagi nerusin sekolah. Obsesinya Cuma satu, jadi seniman musik. Kehidupan yang liar dan bebas ikut membentuk kepribadiannya, termasuk akrab sama obat-obatan yang disentuhnya ketika menginjak bangku SMU Percik. Banyak yang beranggapan bahwa Bimbim adalah Slank itu sendiri. Sebab otaknya emang hampir nggak pernah berhenti mikirin perkembangan dan masa depan grup tersebut. Dia membayar mahal buat langkahnya menjadikan Jalan Poltot sebagai markas Slank sekaligus Pulau Biru. Bimbim nyaris kehilangan privacy. Seringkali, baru nongol dari kamarnya, kudu nanda tangan atau foto bareng Slankers. "Sekali dua kali asyik bisa nyenengin mereka. Lama kelamaan ya teller juga…"Dia pula yang paling puyeng waktu Pay, Bongky dan Indra ngadat. Sebab, tanggung jawabnya bukan melulu ngurusin musik dan menjaga kekompakan, tapi juga urusan dengan produsen. Terutama sejak Slank memisahkan diri dari proyek Q, bendera milik Budhi Soesatio.
                    Suatu ketika dia naksir tetangganya, tapi ortu si cewek menentang habis-habisan. Maklum, rocker gondrong ini dianggap pemusik dengan masa depan yang auk ah gelap. Kegusarannya dikatain macem-macem itulah yang mengilhami Memang, satu lagu keras dari album perdana Slank yang sampai sekarang masih kerap dibawakan. Ngilang dari hiruk-pikuknya Jalan Potlot merupakan kebiasaan Bimbim kalo merasa suntuk. Itu pula yang ia lakukan ketika Slank lagi dilanda kemelut. Seluruh penghuni Pulau Biru mencarinay kesana kemari. Tentu saja usaha mereka sia-sia, karena Bimbim ngumpet di sebuah hotel di Yogyakarta. Disana ia ngamuk sendirian, menghancurkan seisi kamar hotel. "Gue mengganti kerusakan lebih mahal dari biaya nginap selama dua minggu," kenangnya pahit.
                Kepiawaian Bimbim selain nulis lagu adalah menaklukan cewek. Suatu ketika di Potlot muncul sejumalh slanker cewek asal manado. Seorang diantara mereka, meminjam istilah kaka, dikenal sebagai slanker misterius. Maklum pendiam banget. Joane Josephira, namanya. Diantara personel Slank,konon, Cuma Bimbimlah yang berhasil mendekati. Di slank berlaku hokum rimba, siapa paling kuat dialah yang berkuasa. Anekdot ini tentu Cuma berlaku buat urusan cewek. Nah, selian dikenal piawai nundukin cewek, Bimbim kan komandannya Slank. Lengkap sudah kekuatannya. Lihat aja gimana dia memburu Joane sampai ke Bali. Soalnya, si cewek itu bersekolah di PLBI. "Dalam setahun gue enam kali pergi ke Bali." Apa boleh buat, cewek blesteran Amerika-Manado itu akhirnya luluh juga (atau terpaksa karena kasian, nggak tau deh!). Jo resmi jadi istrinya setelah dinikahi di Sukabumi, 6 Juni 1993, sekitar dua bulan setelah perkawinan Irni-Kaka. "Memang dia yang ngomporin," kata Bimbim. Maksudnya mau nyalahin nih ?
                  Soal hokum rimba tadi, sekarang Bimbim pasti nggak bisa menepuk dada. Kecuali kalo mau dikemplang Jo. Apalagi Slank kedatangan tiga personel yang fresh from the oven, yaitu Ivan, Ridho dan Abdee Negara. Berani mencoba.